;
Home » , » Puisi-puisi Odi Shalahuddin

Puisi-puisi Odi Shalahuddin

Bertempurlah Kalian

bertempurlah kalian, kami hanya akan menonton saja, bila pertempuran kalian adalah perebutan kekuasaan

tolong jangan libatkan kami, sebab kami telah letih menanti janji-janji yang selalu teringkari dan kalian tidak pernah henti, merayu suara untuk dibeli

bertempurlah kalian, bertempur sampai habis uang kalian, jangan libatkan kami untuk bertempur dengan sesama saudara, sehingga darah tumpah tersia, tidak untuk apa-apa

teruslah bicara, dengan kata-kata, kita akan saksikan di layar kaca, soal keselip lidah, soal pernyataan disalahpahami, kami tidak peduli, bertempurlah kalian, tapi jangan libatkan kami

kami sendiri akan terus berjuang menagih janji

Yogyakarta, 2 Desember 2010

Gagak Itu Berkaok

gagak itu berkaok-kaok, suara satu gagak telah menggetarkan, siapa yang akan pergi? begitulah tanya berasa cemas

kaok…kaok..kaok… bagaimana rasa, bila beratus gagak memecah malam, memekakkan telinga-telinga kita? siapa-siapa yang akan pergi? kecemasan memuncak mematikan rasa

hanya dingin menyapa, tak berani membuka jendela, rasa rindu matahari tiba-tiba, ayo, segeralah tiba

YK.07.01.11

Istirahatlah Sobat

Memendam malam, bangkitkan matahari, padahal waktu baru tunjukan 00:00, tentu upaya sia-sia, walau dengan doa, sebab irama, memang begitu adanya. Saat tidur, istirahat, jangan mengada-ada. Bila engkau takut kegelapan dan kisah tentang pertengahan malam, yakinkah pula dirimu tentang dahsyatnya 1/3 malam bila dirimu hendak bersapa dengan Tuhan dan mematangkan jiwamu. Kini, ah, engkau hanya melantur, karena kudengar keras dengkurmu. Sudahlah, bermimpi indah semoga engkau jalani. Tatkala terbangun, pasti hangatnya mentari akan menyapa harapan-harapanmu.

Yogyakarta, 27 Mei 2011

Ceracau

Duka yang kita ajak bercanda sampai tertawa, tentulah tak bernama duka lagi Luka yang kita ajak bermain hingga tersenyum, tentulah tak bernama luka lagi Suka yang senantiasa kita sapa tapi berpaling muka, tentulah tak bernama suka lagi Cinta yang menaburkan suka-duka-luka tapi lahirkan dendam, tentulah tak bernama cinta lagi

Tapi sebagai manusia, kita memang sering memperdaya diri sendiri, menyelimuti kabut membayangkan tengah tertidur di awan putih, menceracau tentang indahnya danau dan angsa, atau membuka berbagai derita yang menimpa mengundang rasa iba, tanpa terasa akan senantiasa menjadi bencana dalam hidupnya

Lalu, apa yang hendak kau raih dan kau peluk mesra di pagi buta? sebelum matahari menyapa yang sebentar lagi tiba

________________________________________________________________________

ODI SHALAHUDDIN, lahir di Jakarta, 23 September 1969. Pernah kuliah di Fakultas Sastra UGM namun tidak selesai. Aktif menulis puisi, cerpen, esai di Kompasiana. Sejak tahun 1984 telah aktif di Organisasi Non-Pemerintah dan sejak tahun 1994 memfokuskan diri pada isu hak-hak anak. Banyak pula menulis artikel mengenai berbagai persoalan anak, terutama mengenai anak jalanan dan eksploitasi seksual komersial terhadap anak. Tulisan-tulisannya telah diterbitkan menjadi buku, diantaranya ”Cinta di Halte” (Kumpulan cerpen), Anak Jalanan Perempuan, Anak Bukan Pemuas Nafsu, dan Di Bawah Bayang-bayang Ancaman.

View the original article here

Online

Artikel Menarik Lainnya: